Wednesday, June 18, 2014

Misteri Hilangnya "Sahabat Sejati" Arin dan Abrar

Posted at  Wednesday, June 18, 2014  |  in  Cerpen

Sore itu Arin dan Abrar sahabat sejati sejak duduk di bangku TK pulang terlambat. Mama Arin dan Ibu Abrar di rumah sudah sangat khawatir menunggu kepulangan anak kesayangannya itu. HP mereka berdua tidak bisa di hubungi. Selepas maghrib ibu abrar datang ke rumah mama arin dengan muka sangat cemas. Semua orang yang lewat di depan rumah pasti di berhentikan untuk ditanya-tanya, dimana arin dan abrar berada. Tukang becak yang biasa mengantar arin dan abrar pun di interogasi layaknya pencuri yang ketahuan sedang menguntit baju dalaman di sebuah mall. Mama arin dan ibu abrar bak satpam yang menggunakan detector. Bermuka garang, berikat pinggang besar, dan mengayunkan kesana kemari pandangannya.

Tidak seperti biasanya arin dan abrar pergi tanpa kabar seperti ini. Biasanya selepas sekolah dia langsung pulang. Kalaupun ingin pergi mereka pamitan dulu ke orang tuanya. Namun kali ini mereka benar-benar sudah membuat cemas semua orang. Tukang nasi goreng yang biasanya selalu membunyikan wajannya di depan rumah mama arin, kali ini tidak berani sekalipun membunyikan, karena takut kena sasaran orang yang sedang dilanda kecemasan. Padahal itu baginya merupakan tindakan yang sangat merugikan, karena bagaimana lagi dia bisa memanggil para pelanggan setianya.

Menurut informasi yang dihimpun dari keterangan teman-teman sekolah arin dan abrar, selepas sekolah mereka langsung buru-buru pulang. Tapi tidak tahu kalau mereka berdua tidak sampai rumah. Karena biasanya mereka jarang pulang bersama-sama. Teman-temannya yang lainpun tidak ada yang melihat arin dan abrar kemana. Namun mereka hanya sebatas memberikan informasi seadanya. Biasanya kalau ada pekerjaan rumah yang harus di selesaikan di warnet mereka selalu bersama, namun kali itu tidak ada pekerjaan rumah. Jadi bisa dipastikan mereka tidak maen ke warnet.

Karena sudah merasa frustasi, mama arin dan ibu abrar akhirnya mencari arin dan abrar di warnet yang biasa mereka kunjungi, namun hasilnya nihil. Arin dan abrar tetap saja tidak ditemukan. Disana beberapa penjaga warnet juga tak luput dari interogasi. Mama arin dan ibu abrar mendesak mereka untuk mencari tau keberadaan anak-anak mereka yang baru genap berusia tiga belas tahun. Karena tidak ada pencerahan akhirnya mereka berduapun pulang dengan tangan hampa. Raut muka kedua orang tua bocah ingusan itu kini sudah semakin cemas. Mereka tidak ingin melihat kenyataan anaknya ditemukan sudah tidak bernyawa atau dinyatakan hilang untuk sementara waktu, seperti yang ada di tivi-tivi belakangan ini. Banyak kasus penculikan anak, untuk di jadikan pengemis. Bayangan itu semakin di perparah kala ada orang yang secara sengaja menambahkan bumbu-bumbu tak sedap, seperti merica, bawang merah, bawang putih berlebihan.

Suasana menjadi semakin runyam kala ada orang yang memberikan masukan untuk melaporkannya ke kantor polisi. Bahwasannya anak mereka berdua telah hilang. Membayangkan betapa ribetnya cara peloporan dan juga administrasi yang harus di lengkapi, usulan itupun di abaikan begitu saja. Di televisi chanel tv-one sering menyiarkan kalau ada orang hilang. Biasanya dilakukan secara live pagi hari. Tapi itu tidak akan berjalan mulus, karena dipikir untuk mencapai daerah bundaran HI pagi hari itu sangat sulit. Dan mereka juga berfikiran nggak bakalan mungkin ketemu, wong jalan Jakarta ajah tidak tahu sama sekali.

Hari sudah mulai gelap, malampun sudah menunjukan seramnya. Lampu-lampu jalan menyoroti sebagian jalan, sementara cahaya lainnya menerpa dedaunan yang ada di sekelilingnya. Namun cahaya itu tidak berpihak pada mama arin dan ibu abrar yang sudah semakin resah dan gelisah, menunggu putra putri kebanggaan masyarakat komplek karena dia pernah jadi juara makan ketupat di acara agustusan kemarin. Kabar ini meluas seantero komplek, semua orang tau berkat laporan dari beberapa tukang becak yang keliling di sekitar komplek itu. Bak virus mematikan penyebarannya sudah sangat cepat, ini menjadi headlinenews. Mungkin kalau ada kantor berita di dekat koplek mereka langsung memuatnya dengan judul utama “Misteri Hilangnya Arin dan Abrar” atau mungkin surat kabar lain yang tidak mau ketinggalan berita terhangat ini akan menulis judul “Sebuah Misteri Dua Sahabat Sejati Hilang”. Dan penjualan Koran itu akan mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa. Karena seluruh warga komplek akan membelinya.

Ibu-ibu komplek yang setiap harinya berkumpul untuk sekedar ngerumpi juga akhirnya ikut turun tangan, mengerahkan segala kemampuan, daya dan upaya untuk pencarian ini. Kalau ditelisik dari hilangnya arin dan abrar ini sudah seperti hilangnya pesawat MH370 Malaysia Airline yang hilang kontak saat melakukan penerbangan dari Malaysia ke Hongkong. Hilang dan tak pernah ada lagi kabarnya sampai saat ini. Kemungkinan bagianya sudah menjadi puing-puing yang berterbangan di laut lepas Antartika, atau mungkin juga sudah sampai kutub utara.

Tapi hal itu tidak mungkin terjadi pada arin dan abrar, sahabat sejati yang tak pernah lupa diri, tidak sombong dan sayang orang tua. Tidak mungkin seorang anak kecil yang baru akan duduk di kelas dua SMP pergi sampai Antartika ataupun main-main sampai ke kutub utara. Padahal mereka tidak menggunakan perlengkapan penuh. Tidak pakai jaket musim salju, tidak bawa penghangat badan, kayak minyak telon dan minyak angin cak kapak, ataupun membawa anjing yang siap membantu mereka saat kesusahan.

Keputusasaanpun menghampiri semua warga komplek, terlebih kedua orang tuanya. Seorang paranormal yang menjadi andalan komplek juga di terjunkan langsung dari atas genteng. Dia terkena sedikit benturan saat melakukan penerjunannya. Darah segar mengalir dari pelipis kanannya. Oh ternyata dia bukan paranormal yang sedang ditunggu, melaikan mang jui, tukang urut tuna netra yang kesandung batu dan jatuh dari atas atap rumah mama arin, karena salah perkiraan jalan. Seharusnya jalan raya yang dilewati dia malah menyusuri jalan kucing di atas atap-atap rumah orang.

Dari beberapa benda yang dia bawa ada beberapa benda yang dicurigai oleh beberapa orang. Setelah di buka ternyata itu adalah HP, TAB, Laptop, Dompet, dan beberpa kotak perhiasan. Kelengangan warga yang sedang mencari arin dan abrar ternyata diendus oleh mang jui yang langsung melakukan aksinya untuk mencuri. Ternyata selama ini kacamata hitam dan tongkat kayunya itu hanyalah alat untuk mengelabuhi orang-orang supaya tidak ketahuan, bahwasannya dia sedang mengincar beberapa barang-barang milik warga. Dia juga sangat leluasa untuk mengintai beberapa rumah. Karena dia sering diajak masuk untuk menguruti orang. Dia dibawa ke dalam rumah, disuruh mijit. Tapi mungkin karena kelihaiannya itu mang jui bisa menyiasati, bagian-bagian mana saja yang bisa dilakukan untuk beraksi nantinya.

Kerumunan wargapun semakin banyak kala pencuri yang tidak sengaja ditemukan itu di hakimi oleh warga. Matanya yang pura-pura buta menjadi buta beneran. Karena bogem mentah dari warga tak henti-hentinya mendarat di mata mang jui. Sumpah serapah dari para warga menjadi-jadi. Kata-kata keji dan terhina keluar dari mulut mereka. Sejenak arin dan abrar dilupakan! Warga mengarak pencuri yang tertangkap basah itu ke balai desa setempat. Padahal kalau dipikir lagi secara benar, antara balai desa dan kantor polisi jaraknya lebih dekat kantor polisi, tapi kenapa warga malah mengaraknya kesana. Hal yang membingungkan sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut. Arin dan abrar lagi-lagi sudah dilupakan! Kini Koran-koran komplek berubah judul “Seorang tuna netra babak belur karena kedapatan mencuri”, dari koran yang lain juga tak mau kalah menerbitkan koran dengan judul “Pura-pura jadi tukang pijit, mang jui malah ngutil barang pelanggan, babak belur deh di hakimi warga”. Kedua Koran komplek itu saling beradu bahasa untuk menarik pelanggan.


Waktu sudah mulai larut, para warga masih sibuk dengan arak-arakan pencuri yang dihakimi tadi. Mereka membicarakannya sepanjang malam. Di beberapa pos ronda kini akhirnya banyak orang yang dengan sukarela untuk berjaga, membantu tugas hansip yang personilnya sangat terbatas. Karena pencuri dengan kedok seperti ini sudah sangat meresahkan warga. Banyak kejadian-kejadian seperti ini yang sangat sulit untuk diurai perkaranya. Bahkan mungkin butuh detektif atau agen CIA sekalipun untuk mencari tau siapa dalang dari semua ini. Lagi-lagi arin dan abrar sudah benar-benar di lupakan oleh warga!! Padahal urusannya lebih penting dari sekedar membicarakan pencuri yang tertangkap tidak sengaja itu. (Ceritanya Bersambung dulu yah capek!)

Share this post

About @ridone_sia

Kwe mbok sing tes pada maca aja kur maca tok yah, mbokan pada ninggalna pesan lan kesanne apa, tes maca tulisanku. Dong ana sing muntah-muntah aku ora pan melu tanggung jawab, soale aku ora krasa metengi koe. Tapi dong sing mutah lanang ndeyan kwe masuk angin. tek sarana kerokan nggo duit satus sing jaman gemiyen. yen seneng/cinta/apa pengin kenalan tulung kyeh pada follow mene maring Twitter

0 comments:

Tentangku-Kebijakan-Kontak
Copyright © 2010 Ridonesia.com. Distributed By Blogger Themes | Blogger Template by Bloggertheme9
Proudly Powered by Blogger.
back to top