• Moment

    Photo Prewed Ridlo dan Dessy

  • Cerpen

    Cintaku, cinta yang tak lekang oleh waktu

  • Artikel

    Tidak Mudah Stress

  • Artikel

    Extracinta dari Ayah

  • Tuesday, November 25, 2014

    Aku gak berharap dia menjadi suami yang pertama bagiku. Ku berharap dia bisa menjaga setiap ucapannya agar tidak menyakiti hatiku. Mungkin itu sudah cukup untuk kebahagianku bersamamu. Banyak kata-kata kasar yang dia keluarkan secara sengaja dan tidak sengaja yang menyakiti hatiku.

    Apa aku salah pilih? (mungkin). Itu yang terkadang terlintas dari benakku. Memang menjadi bukan yang pertama adalah pilihan yang sangat sulit. Tapi ini adalah jalan hidupku.

    Terlepas dari salah pilih atau tidaknya, inilah kenyataan yang harus aku hadapi sekarang. Aku sayang dengan anak yang sekarang sedang aku kandung. Aku gak mau anakku ikut menanggung semua ini.

    Seperti saat ini, seolah-olah anakku mengerti dengan apa yang aku rasakan sekarang. Anakku tiba-tiba menjadi aktif bergerak. Seolah-olah sedang menyemangatiku untuk tidak bersedih lagi.

    Ya Allah aku berdoa agar kelak anakku ini tidak membuat aku mengeluarkan air mata sedikitpun. Apapun akan aku lakukan demi kebahagiaan dia. Saat ini rasa sakit di kakiku dan kontraksi itu tidak seberapa sakitnya, di bandingkan dengan rasa sakit ketika mendengar dia mengatakan "lebih kencang aja suara nya, berisik banget, babi, anjirrrr" yang dia tujukan untukku.

    Astagfirullah semangat ya junior Aku sayang junior, dan aku percaya junior juga sayang sama aku. (/rdl)

    Ratapan Istri Simpanan

    Posted at  Tuesday, November 25, 2014  |  in  Curhatanku  |  Read More»

    Aku gak berharap dia menjadi suami yang pertama bagiku. Ku berharap dia bisa menjaga setiap ucapannya agar tidak menyakiti hatiku. Mungkin itu sudah cukup untuk kebahagianku bersamamu. Banyak kata-kata kasar yang dia keluarkan secara sengaja dan tidak sengaja yang menyakiti hatiku.

    Apa aku salah pilih? (mungkin). Itu yang terkadang terlintas dari benakku. Memang menjadi bukan yang pertama adalah pilihan yang sangat sulit. Tapi ini adalah jalan hidupku.

    Terlepas dari salah pilih atau tidaknya, inilah kenyataan yang harus aku hadapi sekarang. Aku sayang dengan anak yang sekarang sedang aku kandung. Aku gak mau anakku ikut menanggung semua ini.

    Seperti saat ini, seolah-olah anakku mengerti dengan apa yang aku rasakan sekarang. Anakku tiba-tiba menjadi aktif bergerak. Seolah-olah sedang menyemangatiku untuk tidak bersedih lagi.

    Ya Allah aku berdoa agar kelak anakku ini tidak membuat aku mengeluarkan air mata sedikitpun. Apapun akan aku lakukan demi kebahagiaan dia. Saat ini rasa sakit di kakiku dan kontraksi itu tidak seberapa sakitnya, di bandingkan dengan rasa sakit ketika mendengar dia mengatakan "lebih kencang aja suara nya, berisik banget, babi, anjirrrr" yang dia tujukan untukku.

    Astagfirullah semangat ya junior Aku sayang junior, dan aku percaya junior juga sayang sama aku. (/rdl)

    0 comments:

    Friday, November 21, 2014

    Selepas nganterin bini ke daerah tanah abang gwe langsung cabut dengan tujuan marunda. Biasanya gwe lewat kemayoran, terus ke kelapa gading. Karena sering kena macet di daerah kemayorannya yang kearah sunter akhirnya gwe lewat senen. Setelah lewatin lampu merah pasar baru ke arah senen ada lampu merah lagi sebelum atrium. Saat lagi santai menanti lampu hijau eh ada polisi dateng nyamperin gwe. Dia ngelewatin motor gwe, pas lihat plat nomor belakang gwe gak ada dia balik lagi dan langsung nanyain STNK dan SIM gwe, dengan pedenya gwe jawab “ada pak”. Karena yang gwe tahu surat-surat gwe lengkap.

    Ternyata pas megang pantat, dopet gwe nggak ada di saku celana, gwe udah mulai panik. Tas langsung gwe obok-obok, dari sleting depan sampai sleting celana gwe bukain semua, ternyata memang nggak ada tuh dompet. Sial si Polisi itu udah ngambil kunci motor gwe ajah, akhirnya gwe disuruh minggir ke deket motor Gedenya dia yang terparkir dipinggir jalan, dan ada tulisannya PM.

    Setelah beberapa lama polisi itu mengatur lalu lintas gwe dipanggil untuk nemuin dia di sebuah warung kopi, sebuah lorong sempit yang dimanfaatin jadi warung. Ada beberapa orang yang sedang menikmati kopi. Duh enak banget pagi-pagi udah ngopi, gwe malah di tilang sama Polisi.

    Gwe duduk di samping polisi itu, kemudian dia bertanya dengan santai sama gwe.

    Polisi : “Jadi ini nggak bawa surat-surat”

    Gwe : “Iyah pak, ketinggalan semua dirumah”


    Polisi : “Kamu bawa motor gak bawa surat-surat, mana ada KTP nggak” tanya polisi itu sedikit meninggi dengan muka tanpa senyum, mungkin urat senyumnya udah putus.


    Gwe : “Lah kan udah saya bilang pak, itu semua da di dompet, dan dompetku ketinggalan dirumah” Jawabku dengan sedikit gagap ketakutan. Di hati gwe anjrit gwe ubek-ubek tas emang nggak ada itu dompet, mungkin ketinggalan di celana gwe. Karena sebelum berangkat gwe ganti celana jeans dulu.


    Polisi : “Memang kamu dari mana” tanya pak polisi mengalihkan pertanyaan soal pelanggaran yang gwe lakuin.


    Gwe : “Habis nganterin Papa pak, ke tempat kerja” jawab gwe sambil mengecek HP dengan tujuan nelpon bini gwe mau nanyain dompet.


    Polisi : “Emang bapak kamu kerja dimana” tanya pak polisi lagi.


    Gwe : “Kerja di tanah abang dua pak” jawabku berbohong. Padahal papa berangkat kerja sama adik gwe. Kalau tempatnya emang bener dia kerja di tanah abang dua.


    Polisi : “Kerja apaan?” tanya polisi itu singkat.


    Gwe : “Paspampres” jawab gwe singkat juga.


    Polisi : “Bagian apa?” tanya polisi kepo.


    Gwe : “Bagian intel pak” jawab gwe dengan muka tanpa dosa karena sudah salah bawa motor nggak bawa surat-surat sekarang malah ngebohongin Polisi habis nganterin bokap. Padahal gwe nganterin anaknya.


    Polisi : “Kamu mau kemana?” Pertanyaan lain lagi dari kesalahan gwe melanggar peraturan lalu lintas.


    Gwe : “Mau ke priok pak”
    Polisi : “Kamu kerja apa”
    Gwe : “Kontraktor pak”


    Polisi : “Jari kamu kenapa” tanya polisi sambil melirik jari gwe yang emang ada kelainan.
    Gwe : “Kejempit” jawab gwe singkat.


    Polisi : “Kejempit mesin, ditempat kerja”


    Gwe : “Iyah pak” jawab gwe dengan muka memelas.


    Polisi : “Makanya kerja itu harus hati-hati nanti celaka” ucap polisi itu sedikit menasehati, sangat jauh dari kesalahan apa yang gwe lakukin, yaitu nggak bawa surat-surat saat berkendara.


    Polisi : “Kamu tinggal dimana”
    Gwe : “Di Bekasi pak”


    Polisi : “Berarti ini nganterin papa kamu ke tanah abang terus ke priok” tanya polisi itu. Mungkin dia melihat gwe dan iba dengan penderitaan yang sedang gwe alami saat itu.


    Gwe : “Iyah pak” jawab gwe mulai sedikit tenang.


    Tiba-tiba polisi itu memberikan kunci motor gwe dengan memberikan lagi nasehat agar hati-hati saat bekerja dan kalau bawa kendaraan harus bawa surat-surat.

    Polisi: “Sudah sana kamu jalan, hati-hati kalau kerja, jangan lupa bawa surat-surat kalau bawa motor” ucap polisi itu sambil menyodorkan kunci yang dari tadi di pegangin terus sama dia.

    Polisi : “Kamu ke tempat papa kamu dulu minta uang, takut ada apa-apa dijalan”. Lanjut pak polisi yang gwe lihat pagi itu jadi terlihat santai, setelah mendengarkan semua keluh kesah gwe. Mungkin dalam hatinya ada sesuatu ketidaktegaan melihat semua penderitaan yang gwe alami.


    Gwe : “Iyah pak makasih” jawab gwe singkat. Tak banyak kata gwe langsung ambil kunci dan langsung ngacir naik motor.


    Pikiran gwe melayang memikirkan apa yang barusan terjadi, dosa besar banget gwe pagi ini, udah salah bawa motor gak bawa surat-surat, plat nomor belakangnya gak ada lagi, eh ngeboong juga ke polisi. Mudah-mudahan diampuni dosa-dosa gwe pagi ini,aminnnn! (/rdl)

    Sial Pagi-pagi Kena Tilang

    Posted at  Friday, November 21, 2014  |  in  Catatanku  |  Read More»

    Selepas nganterin bini ke daerah tanah abang gwe langsung cabut dengan tujuan marunda. Biasanya gwe lewat kemayoran, terus ke kelapa gading. Karena sering kena macet di daerah kemayorannya yang kearah sunter akhirnya gwe lewat senen. Setelah lewatin lampu merah pasar baru ke arah senen ada lampu merah lagi sebelum atrium. Saat lagi santai menanti lampu hijau eh ada polisi dateng nyamperin gwe. Dia ngelewatin motor gwe, pas lihat plat nomor belakang gwe gak ada dia balik lagi dan langsung nanyain STNK dan SIM gwe, dengan pedenya gwe jawab “ada pak”. Karena yang gwe tahu surat-surat gwe lengkap.

    Ternyata pas megang pantat, dopet gwe nggak ada di saku celana, gwe udah mulai panik. Tas langsung gwe obok-obok, dari sleting depan sampai sleting celana gwe bukain semua, ternyata memang nggak ada tuh dompet. Sial si Polisi itu udah ngambil kunci motor gwe ajah, akhirnya gwe disuruh minggir ke deket motor Gedenya dia yang terparkir dipinggir jalan, dan ada tulisannya PM.

    Setelah beberapa lama polisi itu mengatur lalu lintas gwe dipanggil untuk nemuin dia di sebuah warung kopi, sebuah lorong sempit yang dimanfaatin jadi warung. Ada beberapa orang yang sedang menikmati kopi. Duh enak banget pagi-pagi udah ngopi, gwe malah di tilang sama Polisi.

    Gwe duduk di samping polisi itu, kemudian dia bertanya dengan santai sama gwe.

    Polisi : “Jadi ini nggak bawa surat-surat”

    Gwe : “Iyah pak, ketinggalan semua dirumah”


    Polisi : “Kamu bawa motor gak bawa surat-surat, mana ada KTP nggak” tanya polisi itu sedikit meninggi dengan muka tanpa senyum, mungkin urat senyumnya udah putus.


    Gwe : “Lah kan udah saya bilang pak, itu semua da di dompet, dan dompetku ketinggalan dirumah” Jawabku dengan sedikit gagap ketakutan. Di hati gwe anjrit gwe ubek-ubek tas emang nggak ada itu dompet, mungkin ketinggalan di celana gwe. Karena sebelum berangkat gwe ganti celana jeans dulu.


    Polisi : “Memang kamu dari mana” tanya pak polisi mengalihkan pertanyaan soal pelanggaran yang gwe lakuin.


    Gwe : “Habis nganterin Papa pak, ke tempat kerja” jawab gwe sambil mengecek HP dengan tujuan nelpon bini gwe mau nanyain dompet.


    Polisi : “Emang bapak kamu kerja dimana” tanya pak polisi lagi.


    Gwe : “Kerja di tanah abang dua pak” jawabku berbohong. Padahal papa berangkat kerja sama adik gwe. Kalau tempatnya emang bener dia kerja di tanah abang dua.


    Polisi : “Kerja apaan?” tanya polisi itu singkat.


    Gwe : “Paspampres” jawab gwe singkat juga.


    Polisi : “Bagian apa?” tanya polisi kepo.


    Gwe : “Bagian intel pak” jawab gwe dengan muka tanpa dosa karena sudah salah bawa motor nggak bawa surat-surat sekarang malah ngebohongin Polisi habis nganterin bokap. Padahal gwe nganterin anaknya.


    Polisi : “Kamu mau kemana?” Pertanyaan lain lagi dari kesalahan gwe melanggar peraturan lalu lintas.


    Gwe : “Mau ke priok pak”
    Polisi : “Kamu kerja apa”
    Gwe : “Kontraktor pak”


    Polisi : “Jari kamu kenapa” tanya polisi sambil melirik jari gwe yang emang ada kelainan.
    Gwe : “Kejempit” jawab gwe singkat.


    Polisi : “Kejempit mesin, ditempat kerja”


    Gwe : “Iyah pak” jawab gwe dengan muka memelas.


    Polisi : “Makanya kerja itu harus hati-hati nanti celaka” ucap polisi itu sedikit menasehati, sangat jauh dari kesalahan apa yang gwe lakukin, yaitu nggak bawa surat-surat saat berkendara.


    Polisi : “Kamu tinggal dimana”
    Gwe : “Di Bekasi pak”


    Polisi : “Berarti ini nganterin papa kamu ke tanah abang terus ke priok” tanya polisi itu. Mungkin dia melihat gwe dan iba dengan penderitaan yang sedang gwe alami saat itu.


    Gwe : “Iyah pak” jawab gwe mulai sedikit tenang.


    Tiba-tiba polisi itu memberikan kunci motor gwe dengan memberikan lagi nasehat agar hati-hati saat bekerja dan kalau bawa kendaraan harus bawa surat-surat.

    Polisi: “Sudah sana kamu jalan, hati-hati kalau kerja, jangan lupa bawa surat-surat kalau bawa motor” ucap polisi itu sambil menyodorkan kunci yang dari tadi di pegangin terus sama dia.

    Polisi : “Kamu ke tempat papa kamu dulu minta uang, takut ada apa-apa dijalan”. Lanjut pak polisi yang gwe lihat pagi itu jadi terlihat santai, setelah mendengarkan semua keluh kesah gwe. Mungkin dalam hatinya ada sesuatu ketidaktegaan melihat semua penderitaan yang gwe alami.


    Gwe : “Iyah pak makasih” jawab gwe singkat. Tak banyak kata gwe langsung ambil kunci dan langsung ngacir naik motor.


    Pikiran gwe melayang memikirkan apa yang barusan terjadi, dosa besar banget gwe pagi ini, udah salah bawa motor gak bawa surat-surat, plat nomor belakangnya gak ada lagi, eh ngeboong juga ke polisi. Mudah-mudahan diampuni dosa-dosa gwe pagi ini,aminnnn! (/rdl)

    0 comments:

    Tentangku-Kebijakan-Kontak
    Copyright © 2010 Ridonesia.com. Distributed By Blogger Themes | Blogger Template by Bloggertheme9
    Proudly Powered by Blogger.
    back to top