Sore itu Arin
dan Abrar sahabat sejati sejak duduk di bangku TK pulang terlambat. Mama Arin
dan Ibu Abrar di rumah sudah sangat khawatir menunggu kepulangan anak
kesayangannya itu. HP mereka berdua tidak bisa di hubungi. Selepas maghrib ibu
abrar datang ke rumah mama arin dengan muka sangat cemas. Semua orang yang
lewat di depan rumah pasti di berhentikan untuk ditanya-tanya, dimana arin dan
abrar berada. Tukang becak yang biasa mengantar arin dan abrar pun di interogasi
layaknya pencuri yang ketahuan sedang menguntit baju dalaman di sebuah mall.
Mama arin dan ibu abrar bak satpam yang menggunakan detector. Bermuka garang,
berikat pinggang besar, dan mengayunkan kesana kemari pandangannya.
Tidak seperti
biasanya arin dan abrar pergi tanpa kabar seperti ini. Biasanya selepas sekolah
dia langsung pulang. Kalaupun ingin pergi mereka pamitan dulu ke orang tuanya.
Namun kali ini mereka benar-benar sudah membuat cemas semua orang. Tukang nasi
goreng yang biasanya selalu membunyikan wajannya di depan rumah mama arin, kali
ini tidak berani sekalipun membunyikan, karena takut kena sasaran orang yang
sedang dilanda kecemasan. Padahal itu baginya merupakan tindakan yang sangat
merugikan, karena bagaimana lagi dia bisa memanggil para pelanggan setianya.
Menurut informasi
yang dihimpun dari keterangan teman-teman sekolah arin dan abrar, selepas
sekolah mereka langsung buru-buru pulang. Tapi tidak tahu kalau mereka berdua
tidak sampai rumah. Karena biasanya mereka jarang pulang bersama-sama.
Teman-temannya yang lainpun tidak ada yang melihat arin dan abrar kemana. Namun
mereka hanya sebatas memberikan informasi seadanya. Biasanya kalau ada
pekerjaan rumah yang harus di selesaikan di warnet mereka selalu bersama, namun
kali itu tidak ada pekerjaan rumah. Jadi bisa dipastikan mereka tidak maen ke
warnet.
Karena sudah
merasa frustasi, mama arin dan ibu abrar akhirnya mencari arin dan abrar di
warnet yang biasa mereka kunjungi, namun hasilnya nihil. Arin dan abrar tetap
saja tidak ditemukan. Disana beberapa penjaga warnet juga tak luput dari interogasi.
Mama arin dan ibu abrar mendesak mereka untuk mencari tau keberadaan anak-anak
mereka yang baru genap berusia tiga belas tahun. Karena tidak ada pencerahan
akhirnya mereka berduapun pulang dengan tangan hampa. Raut muka kedua orang tua
bocah ingusan itu kini sudah semakin cemas. Mereka tidak ingin melihat
kenyataan anaknya ditemukan sudah tidak bernyawa atau dinyatakan hilang untuk
sementara waktu, seperti yang ada di tivi-tivi belakangan ini. Banyak kasus
penculikan anak, untuk di jadikan pengemis. Bayangan itu semakin di perparah
kala ada orang yang secara sengaja menambahkan bumbu-bumbu tak sedap, seperti
merica, bawang merah, bawang putih berlebihan.
Suasana menjadi
semakin runyam kala ada orang yang memberikan masukan untuk melaporkannya ke kantor
polisi. Bahwasannya anak mereka berdua telah hilang. Membayangkan betapa
ribetnya cara peloporan dan juga administrasi yang harus di lengkapi, usulan
itupun di abaikan begitu saja. Di televisi chanel tv-one sering menyiarkan
kalau ada orang hilang. Biasanya dilakukan secara live pagi hari. Tapi itu
tidak akan berjalan mulus, karena dipikir untuk mencapai daerah bundaran HI
pagi hari itu sangat sulit. Dan mereka juga berfikiran nggak bakalan mungkin
ketemu, wong jalan Jakarta ajah tidak tahu sama sekali.
Hari sudah mulai
gelap, malampun sudah menunjukan seramnya. Lampu-lampu jalan menyoroti sebagian
jalan, sementara cahaya lainnya menerpa dedaunan yang ada di sekelilingnya.
Namun cahaya itu tidak berpihak pada mama arin dan ibu abrar yang sudah semakin
resah dan gelisah, menunggu putra putri kebanggaan masyarakat komplek karena dia pernah jadi juara makan ketupat
di acara agustusan kemarin. Kabar ini meluas seantero komplek, semua orang
tau berkat laporan dari beberapa tukang becak yang keliling di sekitar komplek
itu. Bak virus mematikan penyebarannya sudah sangat cepat, ini menjadi
headlinenews. Mungkin kalau ada kantor berita di dekat koplek mereka langsung
memuatnya dengan judul utama “Misteri
Hilangnya Arin dan Abrar” atau mungkin surat kabar lain yang tidak mau
ketinggalan berita terhangat ini akan menulis judul “Sebuah Misteri Dua Sahabat Sejati Hilang”. Dan penjualan Koran itu
akan mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa. Karena seluruh warga
komplek akan membelinya.
Ibu-ibu komplek
yang setiap harinya berkumpul untuk sekedar ngerumpi juga akhirnya ikut turun
tangan, mengerahkan segala kemampuan, daya dan upaya untuk pencarian ini. Kalau
ditelisik dari hilangnya arin dan abrar ini sudah seperti hilangnya pesawat
MH370 Malaysia Airline yang hilang kontak saat melakukan penerbangan dari
Malaysia ke Hongkong. Hilang dan tak pernah ada lagi kabarnya sampai saat ini. Kemungkinan
bagianya sudah menjadi puing-puing yang berterbangan di laut lepas Antartika, atau
mungkin juga sudah sampai kutub utara.
Tapi hal itu
tidak mungkin terjadi pada arin dan abrar, sahabat sejati yang tak pernah lupa
diri, tidak sombong dan sayang orang tua. Tidak mungkin seorang anak kecil yang
baru akan duduk di kelas dua SMP pergi sampai Antartika ataupun main-main
sampai ke kutub utara. Padahal mereka tidak menggunakan perlengkapan penuh.
Tidak pakai jaket musim salju, tidak bawa penghangat badan, kayak minyak telon
dan minyak angin cak kapak, ataupun membawa anjing yang siap membantu mereka
saat kesusahan.
Keputusasaanpun
menghampiri semua warga komplek, terlebih kedua orang tuanya. Seorang
paranormal yang menjadi andalan komplek juga di terjunkan langsung dari atas
genteng. Dia terkena sedikit benturan saat melakukan penerjunannya. Darah segar
mengalir dari pelipis kanannya. Oh ternyata dia bukan paranormal yang sedang
ditunggu, melaikan mang jui, tukang urut tuna netra yang kesandung batu dan
jatuh dari atas atap rumah mama arin, karena salah perkiraan jalan. Seharusnya
jalan raya yang dilewati dia malah menyusuri jalan kucing di atas atap-atap
rumah orang.
Dari beberapa
benda yang dia bawa ada beberapa benda yang dicurigai oleh beberapa orang.
Setelah di buka ternyata itu adalah HP, TAB, Laptop, Dompet, dan beberpa kotak
perhiasan. Kelengangan warga yang sedang mencari arin dan abrar ternyata
diendus oleh mang jui yang langsung melakukan aksinya untuk mencuri. Ternyata
selama ini kacamata hitam dan tongkat kayunya itu hanyalah alat untuk
mengelabuhi orang-orang supaya tidak ketahuan, bahwasannya dia sedang mengincar
beberapa barang-barang milik warga. Dia juga sangat leluasa untuk mengintai
beberapa rumah. Karena dia sering diajak masuk untuk menguruti orang. Dia dibawa
ke dalam rumah, disuruh mijit. Tapi mungkin karena kelihaiannya itu mang jui
bisa menyiasati, bagian-bagian mana saja yang bisa dilakukan untuk beraksi
nantinya.
Kerumunan
wargapun semakin banyak kala pencuri yang tidak sengaja ditemukan itu di hakimi
oleh warga. Matanya yang pura-pura buta menjadi buta beneran. Karena bogem
mentah dari warga tak henti-hentinya mendarat di mata mang jui. Sumpah serapah dari
para warga menjadi-jadi. Kata-kata keji dan terhina keluar dari mulut mereka.
Sejenak arin dan abrar dilupakan! Warga mengarak pencuri yang tertangkap basah
itu ke balai desa setempat. Padahal kalau dipikir lagi secara benar, antara
balai desa dan kantor polisi jaraknya lebih dekat kantor polisi, tapi kenapa
warga malah mengaraknya kesana. Hal yang membingungkan sesuatu yang perlu
dipertanyakan lebih lanjut. Arin dan abrar lagi-lagi sudah dilupakan! Kini
Koran-koran komplek berubah judul “Seorang
tuna netra babak belur karena kedapatan mencuri”, dari koran yang lain juga
tak mau kalah menerbitkan koran dengan judul “Pura-pura jadi tukang pijit, mang jui malah ngutil barang pelanggan,
babak belur deh di hakimi warga”. Kedua Koran komplek itu saling beradu
bahasa untuk menarik pelanggan.
Waktu sudah
mulai larut, para warga masih sibuk dengan arak-arakan pencuri yang dihakimi
tadi. Mereka membicarakannya sepanjang malam. Di beberapa pos ronda kini akhirnya
banyak orang yang dengan sukarela untuk berjaga, membantu tugas hansip yang
personilnya sangat terbatas. Karena pencuri dengan kedok seperti ini sudah
sangat meresahkan warga. Banyak kejadian-kejadian seperti ini yang sangat sulit
untuk diurai perkaranya. Bahkan mungkin butuh detektif atau agen CIA sekalipun
untuk mencari tau siapa dalang dari semua ini. Lagi-lagi arin dan abrar sudah
benar-benar di lupakan oleh warga!! Padahal urusannya lebih penting dari
sekedar membicarakan pencuri yang tertangkap tidak sengaja itu. (Ceritanya Bersambung dulu yah capek!)
0 comments: