Pagi itu abrar berangkat sekolah sangat pagi. Tidak seperti biasanya dia langsung pergi tanpa mengajak arin untuk berangkat sekolah bareng. Abrar berangkat sekolah jam enam persis. Tukang becak yang biasanya mengantar juga ia acuhkan. Ibunya yang sudah membelikan sarapan nasi uduk juga ditinggalkan begitu saja. Dia hanya meminta uang saku dan pamitan mau buru-buru sampai kesekolah karena ada piket kelas.
Arin berangkat sendiri ke sekolah diantar oleh tukang becak langganan yang setia antar jemput arin dan abrar setiap hari ke sekolah. Selain menjadi tukang becak dia juga ditugaskan untuk memata-matai pergerakan arin dan abrar disekolah. Itu juga dia lakukan karena memang pangkalan becaknya tidak jauh dari sekolah arin dan abrar. Dengan adanya tukang becak suruhan mama arin dan ibu abrar sebenarnya pergerakan arin dan abrar menjadi kurang bebas, karena jam masuk sekolah dan pulang sekolah sangat di tentukan. Mereka berdua tidak boleh menolak keputusan orang tuanya. Ini lantaran kejadian tempo lalu, saat arin dan abrar pulang sampai larut malam, karena maen dulu ke mall. Padahal itu bukan kesalahannya, mereka berdua pulang kemalaman karena saat itu angkot yang menuju daerah komplek mereka tinggal semuanya sedang demo kenaikan BBM. Alhasil semua orang juga ternyata sama harus jalan kaki menuju komplek perumahan. Tukang becak yang mengantar arin berangkat sekolah menanyakan beberapa pertanyaan pada arin, karena abrar saat itu tidak bersamanya. Namun arin hanya menjawab sekenanya, karena dia sedang cemas tugas dari guru matematika belum selesai.
Di kelas abrar sedang serius menulis atau lebih tepatnya sedang menyalin pekerjaan rumah milik anita. Ternyata abrar sudah janjian dengan anita, anak paling rajin dan paling pinter matematika di kelas. Anita juga selalu mendapatkan nilai bagus saat ulangan. Selain nilai ulangannya yang bagus anita juga tak jarang mendapatkan ranking, baik di kelas atau juara umum disekolahnya. Gadis ABG yang banyak di gandrungi oleh anak-anak cowo di kelas dan di sekolah ini diam-diam suka dengan abrar. Anita sangat perhatian dan baik pada abrar. Dia juga sering memberikan contekan untuk abrar saat sedang ujian berlangsung. Ini rupanya celah yang dimanfaatkan oleh abrar tak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera menyelesaikan tugas matematikanya yang belum selesai dengan cara janjian disaat jam sebelum masuk sekolah dengan cara berangkat lebih awal. Disisi lain anita merasa sangat senang bisa berdekatan dengan abrar.
Melihat abrar sedang berduaan dikelas dengan anita, arin memandangnya dengan sinis dengan sedikit jealous. Ternyata abrar teman sejatinya itu pergi buru-buru berangkat sekolah meninggalkannya sendirian dengan tukang becak yang bau keringatnya sangat menyengat itu. Setidaknya kalau mereka jalan berdua bau keringat itu tidak dihirup sendirian, melainkan ada abrar yang ikut juga menghirupnya. Namun begitu sampai sekolah didapatinya abrar malah lagi asik berduaan dengan gadis yang giginya menggunakan kawat gigi itu. Arin semakin jengkel ketika anita membagikan bekal sarapannya untuk abrar.
Sementara itu abrar tetap fokus pada pekerjaannya, yaitu mencontek tugas matematika. Karena nanti pada jam pelajaran ke dua sebelum istirahat sudah harus dikumpulkan ke guru matematika. Kalau sampai tidak mengumpulkan tugas, bisa dipastikan bakalan jadi penghuni lapangan upacara bendera dan harus siap-siap selama jam pelajaran berlangsung hormat bendera. Karena pak Sembiring memberlakukan siapa saja yang tidak mengerjakan tugas akan diberi hukuman hormat pada bendera selama jam pelajaran, atau berdiri didepan kelas. Anak-anak biasanya menyebutnya dengan sebutan “killer”. Sosoknya yang menakutkan dan seram membuat semua siswa takut pada guru matematika berjenis kelamin laki-laki yang sudah berumur empat puluh delapan itu sampai saat ini belum menikah. Sudah banyak siswa-siswi yang menjadi korban keganasannya. Baik itu berdiri di tengah-tengah lapangan siang bolong, hormat bendera, atau berdiri di depan kelas saat jam pelajaran berlangsung. Abrar tidak ingin itu terjadi padanya. Selain memalukan itu pasti akan jadi headlinenews di pemberitaan Koran komplek. Dan berita hangat untuk para ibu-ibu tukang rumpi di komplek rumahnya.
Arin semakin gelisah saat bell tanda masuk sekolah berbunyi. Dia jengkel dan kesal karena sama sekali tidak dihiraukan oleh abrar yang sibuk dengan anita yang duduk disampingnya. Begitu guru sudah masuk kelas, abrar juga akhirnya menyelesaikan contekan yang diberikan oleh anita secara cuma-cuma itu. Anita yang setia menemani abrar mencontek tugas matematikanya itu, akhirnya pindah ke bangkunya sendiri yang berada di barisan paling depan.
Mata pelajaran pertama adalah pelajaran bahasa Indonesia. Gurunya bu eliza. Bu guru cantik yang sangat baik pada anak-anak. Dia sering memceritakan kisah-kisah menarik saat materi membuat cerpen. Bu Eliza juga sangat di cintai oleh semua murid karena kebaikan dan senyum manisnya yang ramah. Tak jarang juga banyak anak-anak yang ikut bu eliza kerumahnya untuk diajari membuat cerpen. Abrar sebagai ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk memberi salam dan hormat pada buguru yang baru masuk kelas.
“Berdiri…” Teriak abrar.
“Beri salam…” Lanjutnya.
“Assalamualaikumwarahmatullohwabarokatuh…”teriak siswa-siswi sekelas secara kompak bersamaan.
“waalaikumwarahmatullohwabarokatuh” jawab bu eliza tenang, dan seraya mengatakan
“Silahkan duduk”
“Berdoa Mulai..”Seru abrar, dan diikuti oleh semua siswa dikelas itu sambil menundukan kepala.
“Selesai”…
Hari itu bu eliza memberikan materi tentang menbuat puisi. Anak-anak semuanya semangat. Ibu eliza memberikan sebuah contoh puisi yang dia buat sendiri. Dan membacakan di hadapan semua murid-murid. Buguru eliza memerintahkan kepada semua mursid di kelas itu untuk membuat puisi dengan tema bebas.
Abrar beranjak dari tempat duduknya mendekati arin yang bermuka masam. Arin rupanya masih memendam amarahnya. Abrar yang melihat gelagat arin seperti itu akhirnya menduga-duga apa yang sedang ada dipikiran arin. Dia tau kalau arin dan dia adalah teman sejati yang tidak bisa dipisahkan. Mungkin apa yang dirasakan sahabat sejatinya itu juga akan dirasakan oleh abrar. Dia tahu biasanya kalau ada tugas matematika sudah bisa dipastikan arin belum dikerjaan. Karena semalam sebelum tidur mereka berdua sempat SMSan kalau pekerjaan rumahnya belum juga dikerjakan. Abrar tidak mau juga sahabat sejatinya itu terkena sasaran dari guru paling killer di sekolah. Abrar tidak ingin melihat aring dijemur menghadap tiang bendera sendirian saat jam pelajaran berlangsung. Abrar dengan baik hati memberikan buku tugas matematikanya kepada arin, hasil contekan abrar dari anita.
“ Rin, kamu belum ngerjain tugas matematika kan, nih aku udah selesai” sapa abrar.
“kamu kok tau brar” jawab arin dengan muka manyun, bibir kemana-mana.
“Tahulah kan aku sahabat sejatimu. Buruan kerjain nanti keburu mata pelajaran bahasa Indonesia selesai, nanti aku yang bikinin kamu puisi, tenang ajah” ujar abrar penuh perhatian kepada arin.
“makasih ya brar, kamu emang teman sejati aku” balas arin penuh kegirangan.
Semua murid sedang serius mebuatkan puisi sesuai dengan arahan bu eliza. Lain dengan arin yang justru sibuk mengerjakan tugas matematika. Abrar yang sudah janji untuk membuatkan arin puisi harus ekstra keras membuat sebuah puisi untuk teman sejatinya itu. Abrar membuat satu puisi cinta yang dia tunjukan untuk anita dan satu puisi untuk sahabat sejatinya arin. Abrar memang sangat menyukai puisi, dia sering membuat puisi untuk mading kelas ataupun majalah sekolah yang terbit setiap bulan. Namun abrar jarang menyebutkan nama aslinya, melaikan hanya mencantumkan inisial “A&A”. Banyak yang mengartikan kalau A&A adalah abrar anita. Sebagai wanita yang dekat dengan abrar, anita kadang merasa tersanjung karena mendapat puisi romantis oleh sang pujaan hati. Tapi bagi sahabat sejati abrar, arin meyakini jika A&A merupakan inisial mereka berdua yaitu abrar dan arin.
Tugas abrar membuatkan puisi untuk arin selesai. Dia lagi-lagi menghampiri arin yang rupanya masih sibuk mencontek tugas matematika abrar yang merupakan salinan dari tugas anita. Jadi bisa dipastikan tiga anak ini akan mendapat nilai yang sama persis. Karena semuanya hampir tak ada yang berbeda, kecuali tulisannya saja.
Akhirnya arin merasa lega setelah susah payah ngebut menyalin tugas matematika abrar. Kini dia kembali berkonsentrasi ke mata pelajaran yang sedang dihadapi. Arin mendengarkan abrar yang saat itu sedang membacakan puisi dihadapan murid-murid dikelas. Abrar membacakannya penuh dengan pengahayatan.
“puisi ini aku buat seseorang” seru abrar sebelum membacakan puisi ciptaannya.
Kau yang ada dihatiku
Jika malam gelap bayangmu hadir
Jika pagi datang, sosokmu menghampiriku
Jika siang terik matahari menyengat tubuhku
Kau hadir untuk menyejukan aku
Jika sore menjelang, bayangan itu tetap jelas
Hadir dalam relung hati.
Kau disana hatimu disini.
Kudisini hatiku ada untuk kau yang disana
“terima kasih”
Semua murid-murid dikelas itu bergemuruh, bertepuk tangan. Semuanya suka dengan karya yang baru saja abrar bacakan di depan kelas itu. Anita menjadi salah seseorang yang merasa sangay beruntung, karena berfikiran puisi itu untuk dia. Bu eliza juga memberikan selamat kepada abrar karena membuat puisi sebagus itu. Penghayatan abrar saat membaca juga menjadikan puisi itu serasa benar-benar dari dalam hati. Abrar membuat seisi kelas jadi kagum pada abrar. Selain tampan dan bersahaja ternyata abrar juga jago membuat puisi. Gadis-gadis lain teman kelas abrar jadi mulai simpatik pada satu sosok yang dikenal pendiam itu.
Selesai abrar membacakan puisi yang idah itu, bu guru eliza menunjuk arin untuk membacakan puisinya. Arin merasa tidak sehebat abrar. Namun karena puisi yang dibuatkan abrar, arin menjadi sedikit pede untuk membacakannya didepan kelas. Dengan perasaan gugup arin maju kedepan kelas. Sesuai dengan petunjuk bu guru eliza arin langsung membuka kertas yang tadi abrar berikan saat bu guru eliza tidak ada dikelas.
“baik sekarang saya mau bacakan puisi yang saya buat, judulnya…..sahabat sejati”
Hadirmu dihari-hariku mebuatku hidup
Penuh semangat, penuh kegembiraan,
Dan penuh dengan kebahagiaan
Semuanya kita jalani bersama
Kaulah sahabat sejatiku
“terima kasih”
Puisinya cukup singkat namun bermakna cukup dalam. Teman-teman kelasnya memberikan tepuk tangan yang hampir sama ketika abrar tadi membacakan puisi. Buguru eliza juga memberikan ucapan selamat, menurut buguru puisinya bagus dan bermakna. Arin yang tidak merasa membuat puisi itu hanya biasa saja menanggapinya. Dengan selesainya puisi yang arin bacakan ternyata mata pelajaranpun selasai. Buguru eliza pamitan dan meninggalkan kelas.
Anak-anak dikelas berlarian kesana kemari, berlalu lalang. Ada yang keluar kelas untuk ke toilet, ada yang melempar-lempar buku, dan buat anak yang belum menyelesaikan tugas matematika mereka kesana kemari mencari contekan ke teman-temannya yang sudah selesai. Kegaduhan itu segera berakhir saat sesosok laki-laki yang tingginya kurang dari enam puluh sentimeter itu mendekat kearah kelas. Kumis lebatnya menandakan itu adalah pak killer. Dia datang dengan penuh wibawa, membawa beberapa buku di tangannya, dan yang paling penting adalah penggaris kayu berukuran besar yang multi fungsi. Selain untuk menggaris di papan tulis itu juga kadang menjadi senjata paling ampuh untuk membuat jera siswa, yaitu dengan menggebukannya di bagian yang dirasa cukup aman untuk memberikan pelajaran pada siswa yang tidak patuh pada perintahnya, atau melanggar aturan sekolah.
“Silahkan kumpulkan tugas kalian, hari ini bapak ada meeting dengan kepala sekolah”
“horeeeeeeeee” semua kelas berterik kegirangan, sepertinya mereka sangat senang.
Blak-blak-blak….!!! Penggaris panjang dari kayu itu dipukul-pukulkan ke meja oleh pak killer dengan sangat keras. Hingga membuat semua siswa terdiam dengan sekejap. Suasana kelas tenang, sunyi, senyap!
“Kalian ini ada guru meeting malah pada seneng. Kalian tidak boleh ada yang keluyuran keluar kelas, kalau ketahuan nanti bapak hukum kalian berdiri di lapangan, hormat pada bendera” dengan nada keras dan muka garang pak killer memperingati semua murid. Kelas menjadi tenang dan serius mencatat tugas yang diberikan oleh pak killer. Buku tugas dikumpulkan oleh abrar yang bertindak sebagai ketua kelas. Dia juga mengantarkan buku tugas itu ke ruangan guru, dan menaruhnya di meja pak killer yang berada di tempat paling pojok sebelah utara.
Pak killer Seakan tidak mau kalau saat mata pelajarannya tiba ada yang mengganggu. Dan jangan ada yang namanya meeting, karena pelajaran menurutnya lebih penting dari sekedar meeting, kalau memang hasilnya tidak terlalu penting. Namun dia merasa, dia hanyalah bawahan yang harus mengikuti atasanya.
Sepulang sekolah tukang becak langganan arin dan abrar sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Dia dengan senang hati mengantarkan keduanya kerumah masing-masing. Padahal rumahnya hanya berjarak sepuluh meter dan berhadapan.
Malam harinya arin mengajak abrar untuk belajar bareng karena ada tugas tugas fisika. Karena seharian tadi semua guru meeting akhirnya banyak guru yang hanya memberikan tugas. Hal itu juga dilakukan oleh guru fisika yang memberikan banyak tugas, boleh diselesaikan dirumah jikalau tidak selesai di kerjakan saat jam pelajaran.
Kring….! Bell berbunyi.
“Hallo..”
“Ya..hallo”
“Siapa disana..”
“Ini arin kak yada, abrar ada”
“Ada, bentar yah dipanggilin dulu”
“Hallo, ada apaan rin”
“Iya hallo brar, kamu udah selesaiin tugas fisika belum”
“Belum nih, memang kenapa”
“Mau ngejain bareng nggak”
“Hmm gimana yah, Yaudah, aku kerumah kamu yah”
“Oke, ditunggu yah!”
Dengan segera abrar mengemas buku-bukunya yang berantakan di meja belajar dan langsung menuju rumah arin yang ada diseberang rumahnya. Tak lupa dia meminta izin pada orang tuanya untuk mengerjakan tugas bareng dirumah arin. Ibunyapun langsung mengizinkan, karena ibunya juga ternyata mau maen kerumah mama arin. Jelas tujuaanya adalah untuk ngerumpi dengan ibu-ibu komplek lain yang sudah dari tadi berkumpul di depan rumah mama arin. Sekali dayung dua pekerjaan dilewati, sambil melihat anak-anak belajar ibu abrar juga bisa sambil ngerumpi.
Sesampainya di rumah arin, abrar langsung mengeluarkan buku tugas fisika. Arin hanya santai di tempat duduk dan menghadap computer yang ada di meja belajar.
“Kamu lagi ngapain rin, katanya mau belajar bareng kok malah buka-buka internet gitu”
“Hehehe, emang kamu bisa ngerjain tugas fisika brar”
“Nggak” abrar menggelengkan kepala.
“Terus mau ngerjain apa sekarang, aku juga kan nggak bisa pelajaran fisika”
Abrar heran pada pernyataan arin barusan, terus buat apa dia malah mengajaknya untuk menyesesaikan tugas fisika itu. Sudah tahu diantara mereka berdua tidak ada yang suka dengan pelajaran itu. Namun arin masih sibuk dengan komputernya. Arin membuka email yang dikirim oleh Yogi. Ternyata itu adalah jawaban tugas fisika. Abrar hanya diam membisu melihat arin yang menyodorkan hasil print yang diberikan oleh arin. Ternyata arin dan abrar sama-sama memanfaatkan orang untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang dia tidak tahu. Yogi memberikan jawaban tugas fisikanya itu karena dia dekat dengan arin. Sebenarnya yogi tidak satu kelas dengan arin dan abrar, namun dia diam-diam memperhatikan arin. Namun demikian mereka langsung segera menyalin tugas fisika itu sesuai dengan apa yang yogi kirimkan lewat email.
Malam itu arin dan abrar menjadikan persahabatan sejati. Saling tolong menolong dalam susah dan senang, tolong menolong disemua kegiatan. Termasuk contek mencontek tugas pelajaran. Dan memanfaatkan orang lain demi keutuhan persahabatannya. Disinilah persahabatan itu ada. (/rdl)
0 comments: